Berliana Nurhaliza Kusumah.
Semalam saya marah sama Berlian. Anak kedua saya ini minta dibelikan nasi Padang malam hari. Tentu saja saya tidak mau mengabulkannya.
Disamping sudah malam dan mendekati pukul 21.00 wib, masih ada nasi dan sayur asem di rumah. Pepes tahu dan kerupuk juga masih ada di meja makan.
Berlian memaksa dan mamanya ikut mendukung keinginannya. Saya kekeuh dengan apa yang saya inginkan. Saya tetap tidak mau membelikannnya. Saya teguh pada pendirian.
Istri saya marah karena tak mau memenuhi permintaan Berlian. Saya terdiam. Bagi saya anak ini harus diberi pelajaran. Tapi istri berbeda sudut pandangnya. Katanya tidak begitu cara mendidik anak.
Berlian baru saja naik ke kelas XII di SMA Labschool Jakarta. Seharusnya sudah lebih dewasa dan mandiri. Sudah bisa beli nasi padang sendiri. Sementara itu kompor gas di rumah tiba-tiba mati.
Berlian menangis saya marahi. Sayapun ikut menangis dalam hati. Sebab belum pernah saya semarah ini. Kalau saya marah biasanya agak sulit terkendali. Mungkin karena saya penderita penyakit darah tinggi.
Saya teringat kembali ketika berlian lahir. Bayi mungil yang hidung dan wajahnya mirip sama ayahnya. Pokoknya Fotocopy ayahnya banget. Cuma beda jenis kelamin saja.
Kami beri nama Berliana Nurhaliza Kusumah. Waktu itu saya dan istri pengagum berat penyanyi Malaysia Siti Nurhaliza yang cantik. Sedangkan nama Berlian dikasih sama kakeknya.
Anak anak lain sudah bisa berjalan di usia setahun. Berlian baru bisa berjalan dan bicara normal di usia 3 tahun.
Berbagai cara kami lakukan agar Berlian seperti anak anak lainnya. Pengobatan alternatif sampai dokter spesialis sudah kami datangi agar Berlian tumbuh seperti anak anak lainnya.
Sewaktu usianya menjelang 5 tahun, Berlian sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Suasana idul fitri yang seharusnya kami berada di rumah, jadi pindah ke rumah sakit di kota Bandung.
Kalau ingat itu, saya jadi sedih sekali. Berlian harus diuap agar bisa bernafas dengan tenang. Oleh karena itulah mamahnya sangat memanjakannya. Semua permintaan Berlian selalu saja dituruti.
Berlian tumbuh normal kembali. Lucu dan suka mengundang tawa di keluarga kami. Suatu saat dia pakai kacamata hitam dengan hidung yang mancung ke dalam. Kami semua tertawa melihat kelakuannya.
Kalau ayahnya pulang kerja, tanpa disuruh Berlian selalu menyiapkan teh hangat. Katanya ayah pasti capek. Lalu dia mulai berkicau tentang kegiatannya hari ini. Terus minta dipangku sama ayahnya sampai akhirnya dia tertidur pulas.
Setiap kali mau tidur, ayahnya harus ada disampingnya. Saya dimintanya bercerita tentang kisah putri salju dan teman teman kerdilnya. Kalau belum mendengar ayahnya mendongeng, Berlian tak mau tidur.
Begitulah Berlian anak kedua Omjay dan setelah lulus sekolah dasar, saya sekolahkan di tempat saya bekerja. SMP dan SMA Labschool Jakarta. Sebuah sekolah favorit dan bagus di Indonesia.
Saya ingin Berlian mandiri dan tumbuh menjadi pemimpin masa depan. Cita citanya yang ingin menjadi polwan berubah menjadi ahli hukum. Sekarang mulai berubah lagi. Katanya mau jadi koki aja yang pinter masak.
Harus saya akui. Masakan Berlian memang enak. Apalagi nasi goreng buatannya. Kami bisa nambah satu piring lagi.
Pagi ini saya menyesal sekali memarahi Berlian. Ayah sayang sama Berlian tapi ayah tak ingin kamu jadi anak manja. Kamu tak boleh jadi anak yang penakut.
Kamu sekarang sudah besar. Bukan anak balita lagi. Kamu sudah harus bisa mandiri. Apalagi katanya mau kuliah dan kost di Bandung seperti kakaknya.
Ayah hanya bisa berdoa semoga Berlian selalu sukses dan mampu meraih cita-citanya. Maafkan ayah nak. Kalau ayah marah, itu tandanya ayah sayang sama Berlian dan ayah berharap kamu kelak menjadi wanita yang sholehah. Wanita yang taat pada suaminya dan mampu membesarkan anak-anaknya dalam keluarga yang sakinah dan mawaddah. Seorang wanita yang dapat mengantarkan anak-anaknya ke pintu surga.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
No comments:
Post a Comment