Politik
Tadinya saya tak begitu suka dengan politik. Tapi, ketika pelajaran TIK dihapuskan dalam kurikulum 2013 dan diganti prakarya, barulah saya melek politik.
Ternyata pendidikan kita dan kurikulumnya dikuasai politik. Itulah mengapa akhirnya saya belajar politik yang menggelitik.
Seperti ramainya partai demokrat yang sedang ramai diributkan banyak orang. Masing masing kubu merasa paling benar dan akan berhadapan di pengadilan. Mereka yang dulunya kawan kini menjadi lawan.
Itulah politik yang menggelitik. Kita bisa tersenyum dan terkejut melihat sepak terjang para pemainnya. Ada politik dinasty dan ada politik demokrasi. Entah ada politik apalagi. Saya siap jadi penonton saja.
Menjadi politikus itu bagus. Tapi lebih bagus jadi orang yang religius. Sebab dia akan fokus supaya lulus dari fulus.
Konggres luar biasa dilaksanakan oleh mereka yang tersakiti dan merasa diperlakukan tidak adil. Begitulah saya pelajari dari pernyataan mereka di televisi. Saya sangat maklum sekali.
Buat saya sebagai pengamat politik dadakan, jadi belajar berdemokrasi yang benar. Demokrasi yang telah diajarkan para tokoh bangsa dalam membentuk negara kesatuan republik Indonesia.
Politik memang selalu menggelitik. Persis seperti matpel sejarah yang akan dihilangkan dalam kurikulum. Mereka yang terusik pasti akan berisik.
Mulai mengumpulkan argumentasi dan naskah akademik yang sesuai dengan filsafat ilmu. Hal yang saya ingat TIK hilang di masa pemerintahan sby yang mendikbudnya menteri dua nabi.
Itulah yang kami lakukan ketika berjuang mengembalikan mata pelajaran TIK dan kini berubah nama menjadi informatika. Namun belum bisa diterapkan ke smeua sekolah karena kurangnya dukungan politik.
Politik memang selalu menggelitik. Siapa yang cerdik tak kena hardik. Saya menikmatinya sebagai tontonan yang semoga menjadi tuntunan. Siapa yang benar akan bersinar. Siapa yang salah akan mendapat masalah.
Indonesia negara hukum. Bukan hukum rimba yang diberlakukan. Namun hukum yang berpihak pada kebenaran dan kejujuran. Keadilan harus diwujudkan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Siapa yang jujur akan mujur. Siapa yang bohong akan ompong. Pendidikan harus mampu mendidik orang jujur agar negara tak menjadi hancur. Itulah mengapa pendidikan karakter itu penting.
Politik memang menggelitik. Saya belajar sabar dari kisruhnya partai demokrat saat ini. Lebih enak jadi penonton daripada pemain. Semoga goal yang diciptakan terlihat indah. Seindah goal almarhum Diego Maradona dengan tangan Tuhannya.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com
Politik menggelitik tapi saya tidak tertarik
ReplyDelete